Firli terkadang iri pada Sofi dan Anto , teman sekelasnya.
Mereka berdua punya kepandaian yang mengagumkan.
Sofi pintar sekali bermain piano, selain sekolah, ia juga belajar piano pada Sekolah Musik terkenal. Waktu Firli main ke rumahnya, ada beberapa piala berderet di ruang tamunya. Piala piala Sofi ketika mengikuti berbagai kontes piano. Kalau ada acara acara Musik di sekolah pasti Sofi tampil memainkan lagu lagu klasik dan pop yang membuahkan tepuk tangan para orangtua murid yang hadir….
Anto lain lagi, ia jago melukis. Beberapa kali ia mewakili sekolah pada lomba
lukis tingkat sekolah dasar sampai tingkat Nasional. Hampir di semua lomba ia
menyabet gelar juara.Sofi pintar sekali bermain piano, selain sekolah, ia juga belajar piano pada Sekolah Musik terkenal. Waktu Firli main ke rumahnya, ada beberapa piala berderet di ruang tamunya. Piala piala Sofi ketika mengikuti berbagai kontes piano. Kalau ada acara acara Musik di sekolah pasti Sofi tampil memainkan lagu lagu klasik dan pop yang membuahkan tepuk tangan para orangtua murid yang hadir….
Ah, seandainya aku punya kepintaran seperti dia, pasti bangga deh. Mama Papa juga pasti bangga sekali. Ia membayangkan menikmati tepukan tangan penontonnya seusai memainkan sebuah lagu yang indah dengan alunan piano.
Sayangnya Firli merasa tidak punya kelebihan atau bakat apa apa yang bisa menonjol seperti mereka. Baca Not Balok saja ia nggak bisa. Melukis? Aduuh, Daffa adiknya yang hobi menggambar sering mencela gambarnya seperti gambar anak TK. Padahal untuk membuat gambar itu Firli sudah kerja keras.
Malam Didie…
Aku berkhayal menjadi seorang pianist terkenal, minimal terkenal di sekolah seperti Sofi. Di hadapan tuts tuts piano . Dari tarian tanganku di atas bilah hitam putih itu mengalir lagu lagu yang sangat indah. Membelai telinga dan hati yang menontonku.
Penelitian telah membuktikan bahwa musik bisa mempengaruhi suasana hati kita. Dengan musik yang kumainkan, orang yang sedih bisa mendapat keceriaan, atau bahwa tambah bersedih.
Diary,..kubayangkan tanganku menari,berlari dan meloncat di atas tuts piano….
…dan seterusnya. Setiap hari Firli menuangkan perasaannya dalam buku harian merah muda yang diberinya nama Didie. Ia begitu karena setiap kali bicara pada Mama dan Papa pasti jawabannya sama.
“Setiap orang kan di beri Allah kelebihan dalam dirinya. Namanya Bakat. Sofi dan temanmu Anto itu sudah terlihat bakatnya pada Musik dan Melukis…jadi jangan berkecil hati,Nak….suatu saat Firli pasti akan mengetahui kemana Bakat Firli. Bakat bisa membuat orang berprestasi kalau ada kemauan juga…”
Jawaban Papa juga setali tiga uang dengan Mama.
Melukis pegunungan di hadapanku dan menuangkannya ke atas kanvas. Memainkan warna hijau yang meneduhkan pada sawah sawah di kaki gunung. Serta Matahari yang menyembulkan kepalanya diantara lekukan gunung. Masih malas karena ia baru saja keluar dari peraduan….
Tulisnya lagi di malam yang lain tentang betapa inginnya ia bisa seperti Anto yang bisa menghasilkan lukisan indah dari tangannya….
Tante Rima datang di akhir minggu dan menginap semalam. Firli senang bukan kepalang. Tante Rima itu baik sekali. Ia suka menceritakan kejadian kejadian lucu saat peluncuran buku karangannya. Tante Rima adalah seorang penulis. Beberapa bukunya sudah beredar di toko toko buku.
“Tante tidur sama aku ya!!” bujuk Firli semangat.
“Beres,Non!”
Malamnya Tante Rima tidur di kamar Firli. Firli bercerita tentang sekolahnya, teman temannya dan juga keinginan keinginanya bisa seperti Sofi dan Anto.
Ketika Firli terlelap ia menyelimuti keponakaannya itu dengan selimut pink kesayangan Firli.
Tanpa sengaja Tante Rima menemukan buku harian Firli di bawah bantal. Pelan pelan dibacanya buku harian itu. Kadang ia tersenyum, kadang ia terlihat serius bahkan sedih. Kata kata yang tertuang di buku harian itu tidak seperti kata kata yang ditulis oleh anak perempuan berusia 9 tahun. Begitu manis, indah dan menyentuh.
“Ah sayang….siapa bilang kamu tidak punya bakat?” Tante Rima menghela nafas sambil membelai Firli yang terlelap. Ia menutup buku harian itu dan berjalan keluar kamar menemui Mama dan Papa.
“Tante lihat Buku harianku?” Tanya Firli pada Tante Rima yang sedang sarapan bersama Mama dan Papa.
“Ada tuh sama Tantemu..”jawab Papa sambil senyum senyum.
Firli duduk di sebelah Tante Rima dan menatapnya, “Huuuh! Tante baca ya?”
“Waah, semalam tante ketemu buku yang isinya indaah sekali…..karangan anak berusia 9 tahun!!”” kata Tante Rima ikut ikutan senyum senyum sambil mengerling nakal pada keponakannya,”kata katanya indah…daya imajinasinya bagus….eh tau nggak sayang, ternyata kamu itu bakat lho menulis…!”
Firli mengerutkan dahinya bingung,”Setiap hari juga aku menulis!”
“Bukan menulis biasa,….Tante lihat Firli mampu menghasilkan rangkaian kata kata yang bisa bikin pembaca terbawa. Begitu indah dan teratur. Itu bagus! Tante yakin, kalau kamu ikut lomba mengarang pasti kamu menang!”
“Kata Mama juga apa kan Fir…. Setiap orang kan di beri Allah kelebihan dalam dirinya.Bakat adalah sebuah kelebihan. Sepertinya bakatmu adalah menulis. Dengan bakat seperti ini kamu bisa jadi pengarang , bisa ikut lomba lomba mengarang. Sama seperti Sofi dan Anto. Kamu juga bisa berprestasi seperti mereka, dengan bakat yang ada padamu….” Kata Mama lembut.
“Oya??! Betul Tante? Aku bisa jadi pengarang kayak Tante?”
Tante Rima mengangguk, “Tentu! Dan tante yakin!…Oya bulan depan ada lomba mengarang yang diselenggarakan penerbit buku buku tante. Kamu ikut ya..?”
Firli merasa terbang melayang. Khayalannya membumbung tinggi. Hatinya sangat gembira. Terimakasih Allah! Doaku telah Kau Jawab!
Kata kata indah mengalir dari goresan penaku di kertas. Mengalir indah seperti aliran sungai. Musik dapat memanjakan telinga. Tulisanku memanjakan mata tapi juga hati yang membaca…..Anugrah Allah Swt yang begitu indah…
(Buat Firlita…..)
Source: ceritapendek.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar